Halo, Kamu. Apa Kabar?
Sudah lama aku (sengaja) tak menyapa. Selain karena aku tak ingin kamu tahu dan menilaiku tak tahu malu, aku juga enggan mendapat kabar tak benar tentang sesiapa yang sebenarnya kutuju dari seluruh surat tanpa alamat yang pernah kutuliskan. Hingga setelah sekian lama aku coba bungkam, menyimpanmu hanya dalam doa-doaku, tiba-tiba malam ini aku merasa tak sanggup lagi menahan. Apa kabar?
Mungkin hanya kebetulan, lagu-lagu yang baru saja kudengarkan mengingatkan banyak hal tentang menunggu, tentang kamu, tentang segala hal yang tetap membisu meski semesta telah tahu. Mungkin juga kondisiku yang sedang tak menentu, mendengar banyak cerita di sekitarku, tentang rasa itu, yang sesekali masih meminta porsinya untuk sedikit kuperhatikan.
Tidak benar jika dikata aku tak berusaha melupakan. Tidak benar jika dijelaskan bahwa aku tak mampu berjalan maju. Tidak tepat juga jika ada yang mengucapkan bahwa aku terpaku pada masa lalu. Sungguh, aku sedang membangun pondasiku kuat-kuat di sini. Untuk menjadi tangguh. Hanya, belum bisa utuh.
Kuakui, sesekali aku masih tersipu mengingat senyumanmu—yang hanya dua kali itu. Kuakui, sesekali masih terselip rindu di semburat langit biru—warna yang kuberikan untukmu. Kuakui, sesekali masih kutulis namamu di sela kebosananku—untuk menjadi penyemangatku. Kuakui, sesekali masih kusimpan kamu sebagai bunga tidurku—kuingat selalu meski telah lama berlalu.
Ah, sudah. Malam ini aku hanya ingin menyapa. Apa kabarmu?
Selalu, kumohonkan yang terbaik untukmu.
- Amanta Ayu, Sa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar