Minggu, 23 September 2012

Ibu, Jangan Menangis



Diam diam aku pada bahu ibu, menangis merajang, ketakutan pada nafas yang tersengal, dimana sungai bermuara, dimana air mata melarikan diri sengaja.
Ibu, seperti hujan aku memanggil pelangi, memaksa memelukku keluar dari sunyi, dari warna warni, dari segala yang membuat kau menangis seperti ini.
Getir getir, bibirku seakan lebih khawatir dari takdir, mereka melemparku pada dinding dinding terekam, seakan detiknya menerkam terkam.
Biarkan jalannya berbatu; Ibu, aku disini, anak tersetiamu, pada malam pada pagi pada hujan pada sunyi, panggilah aku~kapanpun itu.
“Airnya tak bisa berhenti aku tahan” Ibu begitu kejar basah matanya, Peluk aku Ibu, relakan saja bapak, karena itu adalah takdir kehendak
Karena Aku, dan Tuhan masih senatiasa menjaga dalam lelap sekelebat lebat, mendoakanmu dalam puisi yang aku ciptakan begitu hebat

- Amanta Ayu, Sa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar